Dan disinilah aku, menanti hujan yang sebentar lagi kan datang.
Mempersiapkan diri dengan sebaiknya. Tak pernah tau apa yang akan dibawa
hujan padaku kali ini. Aku mendiam, melihat kedalam hatiku, kedalam
diriku. Mengacak-acak pikiran yang telah mengundang hujan ini hingga
akupun lelah karena semua yang diluar diriku tak lagi mampu menjadi yang
tersambut. Menanti yang bukan didalam diri kita cukup menyesakan tapi
disitulah kita berlatih kesabaran dan keteguhan.
Mungkin
hanya pikiranku saja yang melayang-layang tak tentu arah malam ini.
Menanyakan kebodohan diri “bukankah sudah pernah datang hal seperti
dalam hidupmu?. Lalu sekarang, bukankah seharusnya kau menjadikan itu
suatu pengalaman yang sudah pernah terjadi dan membawamu pada kebaikan
yang seharusnya kau raih? “
Akupun tak mengerti.
Yang
kulakukan hanyalah melihat apa yang menyebabkan hujan itu datang
padakau. Jika itu kesalahanku, memang itulah kesalahanku yang tak pernah
terketahui sebelah hatiku yang lain. Yang menolak menerimanya namun tak
pernah didengar seruanya, yang menjadikan diri seharusnya lebih cepat
bertindak menghadapi apa yang ada.
Aku, hanya melihat apa
yang tejadi dan dengan berat hati akupun menerimanya. Aku dengan
tertatih telah mengalahkan gengsi didalam diri, kemunafikan hati yang
ternyata tersembunyi selama ini. Menerimanya sebagai kesalahan diri dan
menjadikanya pembelajaran berkelanjutan.
Kadang, kita
hanya perlu menerima dengan lapang dan ikhlas atas apa yang telah
terjadi. Kita tidak perlu menyalahkan pihak luar dengan kejadian itu.
Kita juga tak perlu mencari2 lagi apa dan siapa yang bersalah. Ini hidup
kita, kitalah yang bertanggung jawab atas apa yang menimpa diri kita.
Jika hujan itu datang, periksalah apa yang terjadi. Apakah ia sengaja
dikirimkan untuk menguji, atau memang akibat dari perbuatan kita.
Jika
itu akibat dari perbuatan kita maka akui saja walau hanya diri dan
Allah yang tau. Katakan saja pada malam yang menjadi tempat mengadu
berjuta2 orang didunia ini. Hanya saja, tidak mudah mengakui sesuatu
yang setelah diselidiki ternyata memang kesalahan kita, apalagi tanpa
kita sadari bahwa kita melakukan kesalahan itu. Sungguh, butuh
keikhlasan hati untuk menerimanya. Suka atau tidak suka.
Dan
bukankah, hujan itu datang untuk membersihkan dedaunan dari debu? Juga
merupakan berkah dari Sang Maha Pencipta untuk membersihkan diri dan
kembali padaNya?
Bukankah Dia juga yang menggerakan hati
dan pikiranmu untuk melihat semua yang terjadi? Bukankah Dia yang
menjadikanmu bersujud dan memohon ampun padaNya? Bukankah Dia juga yang
telah memberikan pemahaman kedalam hati dan pikiranmu hingga kau bisa
melihat apa yang sebelumnya tak nampak?
Allah lah yang
Maha Penyayang dan mengembalikanmu dijalanNya dan menguatkan serta
memberimu bekal untuk melewati waktu berikutnya.
SkenarioNya
sungguh indah..melunturkan kesombongan hati yang tak terketahui,
melumat salah satu sisi kemunafikan hati, semoga dosa terampuni..
Kalo percaya akan ada pelangi, sedikit hujan tidak akan menjadi masalah besar bukan?
Dan walaupun pelangi bisa dibuat tanpa hujan, bukankah lebih indah jika ada rintik2 yang menyertai?
Terimakasih untuk pelangi yang mulai mengintip di malam tadi.. :) *wink
Aku ingin mencintaiMu setulusnya sebenar2 aku cinta dlam do’a, dalam ucapan, dalam setiap langkahku..
Aku mendekatiMu selamanya sehina apapun diriku, kuberharap untuk bertemu denganMu..Ya Rabbi..
(backsound; edcoustic-Aku ingin mencintaiMu setulusnya)
Have a blessed day
-Krisna-
0 komentar:
Post a Comment