Sumber Gambar |
Kamis sore, langit Jabodetabek menghitam. Hujan, petir disertai angin kencang melanda hampir di seluruh wilayah Jabodetabek. Dari Bogor, Depok, Jakarta, Bekasi, hampir semua diguyur hujan lebat disertai petir dan angin kencang.
Namun itu tak menyurutkan langkah saya untuk melangkahkan kaki, kembali ke Tambun, berkumpul dengan istri tercinta. Meskipun sedikit ada was-was, kalau saja commuter line yang menjadi transportasi andalan selama ini mengalami gangguan perjalanan akibat curah hujan yang begitu lebat.
Singkat cerita, sampailah saya di Terminal Depok yang letaknya berdekatan dengan Stasiun Depok Baru. Hujan masih turun begitu derasnya. Turun dari angkot, datanglah segerombolan anak-anak kecil dengan payung ditangannya sambil menawarkan "ojek payung" kepada setiap orang yang kelihatan turun dari angkot. Mereka rela untuk berbasah-basahan bermandikan hujan untuk berebut menawarkan jasa payungnya.
Di depan saya ketika itu ada sekitar 5 anak yang menawarkan jasa payungnya. Saya mengambil satu diantara mereka. Ada rasa haru dan bangga kepada mereka. Bagi saya ini suatu pemandangan yang bisa dikatakan langka dalam kehidupan sehari-hari saya yang lalu. Tapi bagi kebanyakan orang mungkin itu suatu kewajaran, sudah lumrah terjadi seperti itu. Ketika ada anak-anak yang rela berhujan-hujanan, belum lagi ketika dibarengi dengan petir dan angin kencang. Mereka rupanya anak-anak yang tangguh.
Selangkah demi selangkah, saya ajak dia ngobrol. Awalnya dia menjaga jarak, membiarkan payungya hanya untuk saya, dan dia sendiri memilih untuk berhujan-hujanan. Saya tak setega itu, dan meminta agar anak itu ikut berpayungan dengan saya. Tapi dia menolak dengan alasan, "sudah biasa om, payungnya buat om saja".
Namun bagi saya tidak, kamu juga harus ikut berlindung di payung ini.
"Sudah biasa kami kayak gini (ngojek payung)?" Saya memulai mengajaknya berbincang-bincang.
"Sudah biasa om, kalau hujan yang kayak gini."
"Gak takut sakit ntar, masuk angin"
"Ga tau deh om nantinya. Resiko lah, udah biasa ini"
"Tapi kamu masih sekolah kan?"
"Iya om, masih. Pagi sekolah, kalau sore pas hujan yah, ngojekpayung. Lumayan buat tambahan uang sekolah. Kalau lagi dapat banyak ya buat dikasih ke Ibu"
Obrolan ringan mengantarkan saya sampai di pintu masuk stasiun. Banyak pelajaran yang saya ambil dari obrolan ringan dengan anak itu. Itu (Ojek payung) bukanlah mata pencaharian mereka, karena seusia mereka belum pantas dikatakan memiliki pencaharian untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Saya rasa itu sebagai bahan pembelajaran bagi mereka, bahwa hidup ini adalah sebuah perjuangan, tak ada yang bisa dinikmati hanya dengan berpangku tangan. Kelak, semoga mereka akan tetap tegar dalam menjalani setiap lika-liku kehidupan.
0 komentar:
Post a Comment