Jagung (Zea mays), merupakan jenis tanaman yang sudah
sangat familier bagi warga kita. Jagung sangat mudah ditanam, apalagi
di daerah yang tanahnya subur, seperti di wilayah Sirampog. Dengan
kandungan tanah yang seperti itu, jagung tumbuh dengan suburnya di
daerah Sirampog.
Nasi Jagung merupakan alternatif lain dari nasi beras. Kadar
karbohidrat yang terkandung dari nasi jagung juga banyak sekali. Makanya
tidak heran jika nasi jagung bisa dijadikan alternatif untuk pengganti
beras. Bahkan masyarakat di Indonesia ada yang menjadikan nasi jagung
sebagai nasi pokoknya.
Seperti biasa, aku di sini ga akan ngebahas tentang spesifikasi dari
jagung itu sendiri, karena udah ada ahlinya masing-masing…. (asline tah
saking ora ngertine…hehehehe)
Jagung dari masa tanam sampe panen kira-kira butuh waktu kurang lebih
120-an hari. Selain sebagai alternatif lain dari beras, jagung juga
bisa dijadikan bahan konsumsi yang lain. Seperti cemilan, popcorn,
ataupun jagung bakar.
Nasi
jagung/Sego Jagung. Yupzz….. Mungkin belum semua orang pernah merasakan
yang namanya nasi jagung. Bersukur bagi aku sendiri, alhamdulillah
sudah pernah merasakan yang namanya nasi jagung. Bisa dibayangin, ande
saja aku ga hijrah ke Sirampog (menetap di Patuguran-red), mungkin
sampai saat ini belum pernah merasakan yang namanya nasi jagung.
Cilikanku dulu, waktu awal2 tinggal di Sirampog, sebagian besar warga
di situ makanan pokoknya adalah nasi jagung. Tapi kalau sekarang malah
sudah ga ada yang bikin nasi jagung. Awalnya aku penasaran, kaya apa sih
rasanya nasi jagung. Saking penasarannya, aku minta sama ibuku untuk
bikin nasi jagung. Karena baru awal2 di Sirampog, ibuku juga belum hafal
cara bikin nasi jagung. Ibuku kan bukan asli Sirampog….:D
Sambil jalan, ahirnya ibuku bikin nasi jagung. Ternyata proses
pembuatan nasi jagung itu sangat lama. Dari awal jagung dipanen sampe
jadi nasi,, wuih, butuh proses yang sangat lama dan kerja keras.
Fyuuhhhh… (ngelap kringet)
Aku ceritain gimana cara bikin nasi jagung dari awal sampe siap disantap berdasarkan apa yang aku liat yang secara tradisional.
Yang pertama disediain jelaslah bahan utamanya yaitu jagung. Bisa
didapat dari hasil kebun sendiri, beli atau minta ama tetangga. Asal
jangan ngambil jagungnya tetangga yaa….:))
Jagung yang telah dipanen, kemudian dipocel (bingung bahasa
indonesianya apa yah,,, ya ga pa2lah, sekalian ngenalin istilah2 jawa
dalam pembuatan nasi jagung…:) ) Dipocel atau diprotolin, dilepasin biar
jadi butiran2 jagung gitu. Setelah tinggal butiran2 jagung, jagung
dijemur sampai kering. Lamanya pengeringan tergantung cuaca. Kalau lagi
cerah ya paling cukup 1-2 hari.
Setelah jagung kering, masuk ke tahap berikutnya yaitu ditumbuk.
Kalau istilah jawanya kemprang, dikemprang. Tujuannya untuk
menghilangkan kulit luar dari jagung itu (betakul apa yah istilahnya).
Entah darimana istilah kemprang, mungkin karena bunyi suara waktu
numbuknya yang prang-prang kya gitu kali ya…hhehehe… Jagung ditumbuk
dengan “lumpang” (lesung yang terbuat dari batu). Ditumbuk dengan
menggunakan penumbuk yang namanya “alu” (terbuat dari kayu).
Ngemprang bagiku bisa memiliki nilai seni yang tinggi. Sangat sulit
kalau belum mahir untuk mengerjakannya. Apalagi jika harus berpasangan
satu, dua orang. Satu lumpang sekaligus ditutu oleh 3 orang. Bunyi suara
dari perpaduan itu sangat enak didengar. Aku sendiri juga pernah
mencoba melakukan itu, step by step, ahirnya mahir juga. Bukan cuma dua
orang, tiga orang pun aku bisa melakukannya. :D
Proses ngemprang itu juga bukan sekali kemprangan sudah selesai,
biasanya dilakukan berulang2 sampe 3 kali, supaya jagung itu menjadi
buliran2 kecil dan bener2 bersih dari kulit luarnya itu. Cape emang…..
Setelah proses itu selesai, jagung direndem dengan air, kurang lebih
selama 2-3 hari. Perubahan setelah direndem selama 2-3 hari adalah
jagung menjadi lebih lunak, tujuannya agar proses penumbukan untuk
menjadi tepung lebih mudah.
Proses selanjutnya yaitu di”rempah”. Rempah,, sama juga ditumbuk
lagi. Tapi setelah jagung itu direndem tadi. Ga tau kenapa namanya
dirempah. Sama juga kali, karena suaranya yang tidak mencreng ketika
waktu dikemprang. Kalau rempah itu suaranya halus, empuk…hehehe…
Nah proses ini adalah penumbukan jagung supaya menjadi seperti
tepung. Jagung ditumbuk sampai halus. Sama juga, itu juga melalui
beberapa kali unggahan untuk ditumbuk biar menjadi halus.
Setelah itu, tepung jagung tadi siap untuk dilah menjadi nasi. Tidak
ditimbun lagi. Tepung jagung tadi disiram dengan air, kaya diadon,
terus dimasukkan ke kusan, dan dimaskkan ke dalam dandang. Proses
berlangsung, tapi tidak langsung menjadi nasi. Dua kali biasanya.
Setengah matang kemudian diangkat lagi.
Setengah matang dari nasi jagung ini istilahnya adalah “karon”.
Karonan. Nasi karon ini ternyata enak lho. Bentuknya kaya kue puthu.
Padahal baru setengah matang dari nasi jagung. Paling suka dulu kalau
makan karon. Karon ditaburi kelapa dan gula merah. Jadi deh kaya kue
putu. Rasanya juga ga jauh beda kaya putu.
Dilanjut, karonan diangkat kemudian ditaburi air lagi, diadon lagi,
dan dimasukkan ke kukusan lagi, untuk proses pematangan sampai bener2
tanak menjadi nasi. Ga butuh waktu lama setelah proses pengaronan itu
untuk menjadi nasi jagung.
Dan, nasi jagung pun telah matang, siap untuk disajikan hangat2,
didampingi dengan sayur uraban, sama ikan teri, sambelnya sambel
tlenjeng, dimakan di tengah sawah….. Widih,, maknyus tenan. Jadi pengen
nasi jagung….. Dah lamaaaaaaa juga aku ga makan nasi jagung.
Itu yang diolah secara tradisional. Perlu proses yang lama dan
melelahkan bagi yang melihatnya. Tapi seiring dengan kemajuan teknologi,
sekarang mah sudah ada mesin penggiling. Jadi sudah tidak perlu lagi
repot2 dengan istilah ngemprang dan rempah. Semuanya bisa diganti dengan
mesin penggiling.
Selain jadi nasi jagung, jagung itu sendiri juga enak kalau dibakar.
Tapi jagung yang masih muda tentunya. Manis, gurih, legit, apalagi
bakaran jagung di tempat2 yang dingin, lagi ujan. Hmmm … menambah
nikmatnya selera jagung bakar. Adalagi yang diolah secara tradisional.
Tak perlu ribet juga, yaitu direbus. Kemaren aja sempet booming dengan
istilah Zea mays Godog….heheheheh
0 komentar:
Post a Comment